Mimpi Tidak Selalu Nyata. Tapi Kenyataan Bermula Saat Kamu Bermimpi.

Mimpi Tidak Selalu Nyata. Tapi Kenyataan Bermula Saat Kamu Bermimpi . . . .

Friday, 23 September 2016

Bagaimana Para Ahli Mendefinisikan Asam Basa?


1.      Arrhenius
Asam               : Zat yang melepaskan ion H+ saat dilarutkan dalam air.
Basa                : Zat yang melepaskan ion hidroksida (OH-) saat dilarutkan dalam air.
Contoh            : 


1.      Bronsted Lowry
Asam               : Spesi kimia (ion atau molekul) yang berperan sebagai donor proton (pemberi proton atau H+) pada spesi lain.
Basa                : Spesi kimia (ion atau molekul) yang berperan sebagai akseptor proton (penerima proton atau atom H+) dari spesi lain.

Contoh             :

NH3 adalah basa karena menerima H+  dari H2O sehingga menjadi  NH4+. Sedangkan H2O adalah asam karena memberikan H+ sehingga menjadi kekurangan proton (kelebihan elektron) dan bermuatan negatif.     

       
1.      Lewis
Asam               : Spesi (ion atau molekul) yang berperan sebagai akseptor elektron (penerima e-) dari spesi lain.
Basa                : Spesi (ion atau molekul) yang berperan sebagai donor elektron (pemberi e-) pada spesi lain.
Contoh            : 



1.      Lux-Flood
Asam               : Spesi yang berperan sebagai penerima ion oksida (O2-)
Basa                : Spesi yang berperan sebagai pemberi ion oksida
Contoh            :



1.      Usanovich
Asam               : Spesi kimia yang bereaksi dengan basa dengan menerima anion atau e-  untuk menetralkan basa tersebut.
Basa                : Spesi kimia yang bereaksi dengan asam dan memberikan anion atau e- untuk menetralkan asam tersebut.
Contoh            :
Na       +          Cl        →        Na+      +          Cl-          →        NaCl

Na yang memiliki satu elektron memberikan elektronnya kepada Cl sehingga Na menjadi bermuatan positif (kekurangan satu elektron) dan Cl menjadi bermuatan negatif (kelebihan satu elektron). Jika bergabung akan membentuk NaCl yang sifatnya netral.




Friday, 27 May 2016

Mengapa Air dan Minyak pada Santan Kelapa bisa Bercampur?



            Air adalah molekul polar, sedangkan minyak adalah molekul nonpolar. Seperti yang kita ketahui bahwa molekul polar dan nonpolar tidak dapat bersatu. Sebagai contoh, apabila minyak dan air dituangkan pada wadah yang sama, misalnya pada gelas, tentu saja minyak yang memiliki masa jenis lebih kecil akan berkumpul membentuk lapisan pada bagian atas. Jadi, kesimpulanya air dan minyak tidak bisa disatukan.
            Selanjutnya kita perhatikan fakta yang lain. Santan kelapa memiliki kandungan berupa air sekaligus minyak. Akan tetapi kedua komponen tersebut tidak tampak terpisah, dalam arti santan merupakan suatu suspensi yang homogen. Lalu bagaimana air dan minyak dalam santan bisa bersatu dengan karakter kepolaran yang berbeda?
            Sebenarnya santan mengandung tiga komponen utama, yaitu air, minyak, dan juga protein. Protein berperan sebagai emulsifier yang memiliki dua sisi kepolaran. Sisi polarnya berikatan dengan air dan sisi nonpolarnya berikatan dengan minyak. Dengan demikian, air dan minyak dalam santan dapat bersatu. Kemudian, untuk memisahkan minyak dan air dalam santan dapat dilakukan dengan memanaskan santan. Sifat protein adalah rusak pada suhu tinggi. Akibatnya, dengan pemanasan, emulsifier dalam santan akan hilang sehingga air dan minyak tidak dapat bersatu lagi dan molekul-molekulnya kembali terpisah sesuai karakter kepolaranya.


Wednesday, 18 May 2016

Vibrasi Molekul PF5 Pendekatan All Motion



Langkah 1:
Total gerakan molekul PF5      = total vektor
                                                = 3 x 6
                                                = 18
Langkah 2 :
D3h
E
2C3
3C2
σh
2S3
3σv
ϒ all motion
18
0
-2
4
-2
4

Langkah 3 :
nA1’      = 1/12 {(1x18x1) + (2x0x1) + (3x(-2)x1) + (1x4x1) + (2x(-2)x1) + (3x4x1)}
            = 1/12 (18+0-6+4-4+12)
            = 1/12 (24)
            = 2
nA2’        = 1/12 {(1x18x1) + (2x0x1) + (3x(-2)x1) + (1x4x1) + (2x(-2)x1) + (3x4x(-1))}
            = 1/12 (18+0+6+4-4-12)
            = 1/12 (12)
            = 1
E’        = 1/12{(1x18x2) + (2x0x(-1)) + (3x(-2)x0) + (1x4x2) + (2x(-2)x(-1)) + (3x4x0)}
            = 1/12 (36+0+0+8+4+0)
            = 1/12 (48)
            = 4
nA1’’      = 1/12 {(1x18x1) + (2x0x1) + (3x(-2)x1) + (1x4x(-1) + (2x(-2)x(-1)) + (3x4x(-1))}
            = 1/12 (18+0-6-4+4-12)
            = 1/12 (0)
            = 0
nA2’’       = 1/12 {(1x18x1) + (2x0x1) + (3x(-2)x(-1)) + (1x4x(-1)) + (2x(-2)x(-1)) + (3x4x1))}
            = 1/12 (36)
            = 3
E’’       = 1/12 {(1x18x2) + (2x0x(-1)) + (3x(-2)x0) + (1x4x(-2)) + (2x(-2)x1) + (3x4x0)}
            = 1/12 (36+0+0-8-4+0)
            = 1/12 (24)
            = 2
Jadi, total gerakan (all motion)           =  2A1’ + A2’ + 4E’ + 3A2’’ + 2E’’
                                                            =  2(1) + 1(1) + 4(2) + 3(1) + 2(2)
                                                            = 2 + 1 + 8 + 3 + 4
                                                            = 18 (sama seperti pada langkah 1)
           
ϒ all motion
2A1’
A2’
4E’
3A2’’
 2E’’
ϒ translasi
 -
 -
E’
A2’’
 -
ϒ rotasi
 -
A2’
 -
 -
 E’’
ϒ vibrasi
2A1’
 -
3E’
2A2’’
 E’’

Jadi, vibrasi pada molekul PF5            = 2A1’ + 3E’ + 2A2’’ + E’’
                                                            = 2(1) + 3(2) + 2(1) + 1(2)
                                                            = 2+6+2+2
                                                            = 12 gerakan

Keterangan :
Molekul PF5 merupakan grup simetri D3h dengan tabel karakter sebagai berikut :
Langkah 1 :
Total gerakan pada molekul dapat ditentukan sesuai banyaknya vektor yang bekerja pada setiap atom penyusun.
Total gerakan  = 3N
Dengan N adalah banyaknya atom penyusun suatu molekul, termasuk atom pusat. Sehingga pada molekul PF5 yang terdiri dari 6 atom penyusun memiliki total gerakan sebanyak
3N = 3(6) = 18
Langkah 2 :
Untuk memperoleh ireducible representation pada langkah dua dapat dilakukan dengan cara mengoperasikan molekul sesuai operasi simetrinya. Kemudian nilainya dapat dihitung dengan aturan sebagai berikut:
-          Apabila posisi atom dan arah vektor tetap maka memberikan nilai 1
-          Apabila posisi tetap tetapi arah vektor berubah maka memberikan nilai sesuai matriks
-          Apabila posisi atom berubah maka memberkan nilai 0
Aturan-aturan tersebut dapat digunakan untuk mengisi kolom-kolom dalam tabel ireducible representation pada langkah 2.
1.      Untuk mencari nilai pada operasi E
                        Pada operasi E, tidak ada posisi atom yang berubah dan arah semua vektor             juga tetap. Sehingga nilai untuk E = 3 x 6 = 18
2.      Untuk mencari nilai pada operasi C3
Setelah dioperasikan C3, posisi atom F2, F4, dan F5 berubah sehingga memberikan nilai 0. Untuk atom P, F1, dan F3, posisinya tetap tetapi arah vektornya berubah, sehingga memberikan nilai sesuai matrik berikut:
C3        =
                =
Nilai vektor x dan y untuk P, F1, dan F3 = -1/2 -1/2 = -1
Nilai vektor z = 1 (arahnya tetap)
Sehingga vektor total untuk masing-masing atom = -1 + 1 = 0
Jadi, nilai untuk operasi C3     =  F2+ F4 + F5 + P + F1 + F3
                                                =  0+0+0+0+0+0
                                                = 0
3.      Untuk mencari nilai pada operasi C2
Setelah dioperasikan C2, posisi atom F1, F3, F4 dan F5 berubah sehingga memberikan nilai 0. Untuk atom F2 dan P :
 Sehingga atom F2 memberikan nilai 1-1-1=-1
 Sehingga atom P memberikan nilai 1-1-1=-1
Jadi, , nilai untuk operasi C2   =  F1+ F3 + F4 + F5 + P + F2
                                                =  0+0+0+0-1-1
                                                = -2
4.      Untuk mencari nilai dari operasi σh
Setelah dioperasikan σh, posisi atom F1 dan F3 berubah sehingga memberikan nilai 0. Untuk atom P, F2, F4, dan F5 :
 Sehingga atom P memberikan nilai 1+1-1=1
 Sehingga atom F2 memberikan nilai 1+1-1=1
 Sehingga atom F4 memberikan nilai 1+1-1=1
 Sehingga atom F5 memberikan nilai 1+1-1=1
Jadi, , nilai untuk operasi C2   =  F1+ F3 + P + F2  + F4 + F5
                                                =  0+0+1+1+1+1
                                                = 4
5.      Untuk mencari nilai dari operasi S3
            Setelah dioperasikan, posisi atom S3, F1, F2, F3, F4,  dan F5 berubah, sehingga memberikan nilai 0. Uuntuk atom P, posisinya tetap, tetapi arah vektornya berubah sehingga masing-masing sumbu memberikan nilai berikut:
Sumbu z berubah arah : - 1
Sumbu x dan y sesuai matriks berikut :
Nilai x dan y = -1/2-1/2 = -1. Sehingga nilai yang diberikan atom P adalah -1-1=-2
Jadi, , nilai untuk operasi C2   =  F1 + F2  + F3 + F4 + F5 + P
                                                =  0+0+0+0+0-2
                                                = -2
6.      Untuk mencari nilai dari operasi simetri σv
setelah dioperasikan σv, atom F4 dan F5 berubah posisi sehingga memberikan nilai 0. Untuk atom F1, F2 , F3, dan P:
 sehingga atom P memberikan nilai 1+1-1=1
 sehingga atom F1 memberikan nilai 1+1-1=1
 sehingga atom F2 memberikan nilai 1+1-1=1
 sehingga atom F3 memberikan nilai 1+1-1=1
Jadi, , nilai untuk operasi C2   =  P + F1 + F2  + F3 + F4 + F5
                                                =  1+1+1+1+0+0
                                                = 4
Langkah 3:
Untuk menentukan nilai nA1, nA2’, E’, nA1’’, nA2’’, E’’, dapat digunakan rumus beikut:
1/h {∑(koefisien operasi simetri x ϒ all motion x representasi tak tereduksi)
Keterangan:
h adalah order. Yaitu jumlah dari koefisien operasi simetri.
D3h
1E
2C3
3C2
1σh
2S3
3σv
ϒ all motion
18
0
-2
4
-2
4





Note: mohon maaf apabila gambar tidak bisa muncul. untuk gambar lebih jelasnya bisa menghubungi email finiapryanti@gmail.com









Saturday, 2 April 2016

Pemisahan Dua Ion Oleh Pengendapan Selektif

Apabila dalam suatu sampel bahan terdapat dua jenis ion atau lebih, maka kedua ion tersebut dapat dipisahkan dengan cara titrasi pengendapan. Prinsipnya, agar kedua ion tersebut dapat dipisahkan, sebelum ion kedua mengendap maka ion pertama harus mengendap sempurna terlebih dahulu. Lalu, bagaimana ion pertama dikatakan mengendap sempurna?
Ion pertama dikatakan mengendap sempurna apabila ion yang mengendap lebih dari sama dengan 99,9 %. Artinya, dari keseluruhan molaritas awal, ion yang yang tersisa dalam larutan atau terlarut hanya kurang dari sama dengan 0,1%.
Kemudian, bagaimana cara menentukan ion mana yang akan mengendap terlebih dahulu?
Ion yang akan mengendap terlebih dahulu adalah ion yang memiliki harga Ksp lebih kecil. Ksp yang kecil berarti kelarutan kecil sehingga lebih mudah membentuk endapan.

Untuk memahami uraian di atas, perhatikan contoh soal dan penyelesaian berikut:
Jika dalam suatu sampel baja mengandung 0,01 M S2- dan 0,01 M OH-, kemudian campuran anion tersebut dititrasi dengan ion Fe2+, berikan penjelasan mengenai beberapa hal berikut ini:
a.       Ion manakah (S2- atau OH-) yang akan mengendap terlebih dahulu jika Ksp FeS = 6 x 10-19 dan Ksp Fe(OH)2 = 4,87 x 10-17?
b.      Apakah memungkinkan untuk melakukan pemisahan S2- dan OH- dengan cara titrasi pengendapan menggunakan Fe2+ ?
Penyelesaian :
a.       Ion yang akan mengendap terlebih dahulu adalah ion yang memiliki harga Ksp lebih kecil.
Ksp FeS                = [Fe2+][S2-]
6 x 10-19                  = s2
60 x 10-20                = s2
7,74 x 10-10                = s

Ksp Fe(OH)2            = [Fe2+][OH-]2
4,87 x 10-17            = s2
48,7 x 10-18            = s2
6,97 x 10-9             = s
Kelarutan FeS lebih kecil dibandingkan Fe(OH)2, artinya molaritas FeS yang dapat larut dalam setiap liter pelarut lebih sedikit dibandingkan Fe(OH)2. Akibatnya Fe(OH)2 akan lebih cepat mengendap.
Jadi, ion yang akan mengendap terlebih dahulu adalah S2-.
b.      S2- dan OH- dapat dipisahkan apabila S2- telah mengendap sempurna sebelum OH-  mulai mengendap.
Konsentrasi Fe2+  ketika ion OH- mulai mengendap:
Ksp Fe(OH)2         = 4,87 x 10-17
[Fe2+][OH-]2          = 4,87 x 10-17
[Fe2+][0,01]           = 4,87 x 10-17
[Fe2+]                     = 4,87 x 10-17/0,01
                              = 4,87 X 10-15 M
Konsentrasi S2- yang tersisa dalam larutan:
Ksp FeS                            = 6 x 10-19        
[Fe2+][S2-]                          = 6 x 10-19         
[4,87 X 10-15] [S2-] = 6 x 10-19
[S2-]                                   = 6 x 10-19/4,87 X 10-15
                                          = 1,23 x 10-4 M
Jadi, S2- yang mengendap = konsentrasi awal-konsentrasi yang larut
                                          = 10-2 - 1,23 x 10-4 M
                                          = (100-1,23) 10-4 M
                                          = 98,77 x 10-4 M
Presentase S2- yang mengendap    = (98,77 x 10-4)/0,01 x 100%
                                                      = 98,77 % (kurang dari 99,9%)


Jadi, dapat disimpulkan bahwa S2- dan OH- belum dapat dipisahkahkan dengan cara titrasi pengendapan (pengendapan selektif).